Rabu, 09 April 2014


Buku itu jendela dunia.
Tapi untuk melihat dunia, kamu harus keluar dari jendela itu.
Keluarlah, selagi kamu punya kesempatan.
Untuk membandingkan tentang apa yang telah kamu lihat dari jendela, dengan dunia nyata diluar jendela.
Jika ada jendela terbuka lebar di hadapanmu, keluarlah.
Karna kesempatan belum tentu akan datang untuk kedua kalinya.
-- wny

Lagi-lagi disela sela lagi sibuk-sibuknya ngurusin Magang, Tugas Akhir dan proker organisasi. Saya melarikan diri (lagi). And well, the next destination is Lombok Island !
Mungkin bukanlah sebuah hal besar bagi orang-orang yang seringkali jalan-jalan kemana-mana, tapi bagi saya bepergian kali ini merupakan hal besar, tanpa pernah saya tahu Lombok itu seperti apa, bagaimana keadaannya. Modalnya cuma niat, nekat dan bekal seadanya.
Entah kenapa tiba-tiba punya keinginan buat kesana, sebenernya sih mumpung ada waktu, teman jalan, dan kesempatan. Why not? Hehe
Perkenalkan partner jalan-jalan saya kali ini, Mas Edvan Zakaria hahahah. Sudah berkali-kali menemani saya jalan-jalan yang entah tujuannya udah kemana aja. Minggu lalu sebelum saya dan partner ke Lombok, sempat mengunjungi Dieng Plateau terlebih dulu.
Saya dan partner adalah orang yang serba dadakan, destinasi ke Lombok ini juga tidak direncanakan jauh jauh hari, H-3 sebelum keberangkatan baru direncanakan, segala itinerary dan lain halnya juga dadakan. Dan lagi saya berangkat dari Jogja sedangkan partner berangkat dari Kediri, janjian ketemu di stasiun Surabaya baru melanjutkan perjalanan bersama-sama.
Hari H pun tiba.
Saya ketinggalan kereta, awal yang udah gak enak banget. Kereta berangkat pukul 07.45 sedangkan saya tiba di stasiun 07.46 cuma beda satu menit tapi merubah seluruh rencana -_______-
Sempat panik, kereta tujuan surabaya yang lain harganya mahal dan lama. Dapet nasehat dari ibu-ibu yang asalnya dari Banyuwangi, akhirnya saya memutuskan untuk naik bis yang itu berarti pengeluaran untuk transportasi akan lebih besar dari rencana sebelumnya. Sempat ingin menunda keberangkatan untuk esok hari, tapi sayang waktunya. Lebih cepat lebih baik.
Sampai di Terminal Giwangan Jogja, saya langsung memutuskan untuk naik bis Patas menuju Surabaya. Bukan tidak mau menaiki bis ekonomi, lagi-lagi masalah waktu dan kenyamanan. Minggu sebelumnya saya mendapatkan kejadian tidak enak ketika menaiki Bus Eko AC arah Surabaya ketika mengunjungi nenek di daerah Ngawi, Jawa Timur. Berangkat dari Jogja menuju Surabaya pukul 09.00. Kemudian rencananya akan melanjutkan perjalanan Surabaya - Ketapang dengan berganti bus di terminal Surabaya.
Karna saya ketinggalan kereta, saya mengusulkan kepada partner bahwa meeting point diubah jadi di stasiun Banyuwangi Baru saja, kemudian baru nyebrang ke Pelabuhan Ketapang sama-sama. Saya yang sok tegar berkata seperti itu, padahal saya tau kondisi terminal Surabaya itu keras dan penuh dengan calo-calo tak bertanggungjawab. Tapi ternyata partner nyusul ke terminal Surabaya hehehehe *blush*

Jam 18.00 saya tiba di terminal Surabaya, BungurAsih namanya. Jam 19.00 kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju pelabuhan Ketapang, Banyuwangi. Waktu tempuh dari Surabaya-Ketapang adalah 8 jam dengan bis yang oper operan sana sini.. Akhirnya pukul 03.00 pagi sampailah kami di tempat pemberhentian terakhir bis. Jarak pos pemberhentian terakhir dengan pelabuhan Ketapang kurang lebih 3km, ditempuh dengan berjalan kaki, lumayan olahraga pagi hahahahah -________-
Sampai di pelabuhan Ketapang, berdua kemudian istirahat, mandi dan sholat. Setelah itu langsung melanjutkan perjalanan mengingat waktu juga terus berjalan. Pukul 06.00 kami melanjutkan perjalanan ke pelabuhan Gilimanuk sambil berharap harap bisa dapet sunrise di atas ferry, tapi ternyata (selalu) gak dapet, hahahahah
Pukul 06.45 WIB atau 07.45 WITA kami tiba di pelabuhan Gilimanuk. Sesampainya  kemudian bertanya-tanya kepada petugas dinhub dan warga akses menuju pelabuhan Padang Bai. Ternyata bis Gilimanuk-Padang Bai hanya beroperasi pada jam 1-3 pagi WITA. Akhirnya rute perjalanan beralih menjadi Gilimanuk - Denpasar - Padang Bai.
Harga bis Gilimanuk - Denpasar (terminal Ubung) adalah 30ribu dengan fasilitas nature air conditioner dan waktu tempuh kurang lebih 5 jam. Well it's so long. tapi gak begitu kerasa karna capek banget, akhirnya tidur di bis. Setelah sampai di terminal Ubung, Denpasar kira2 pukul 12.30 WITA istirahat sebentar, makan sambil cari cari info bis ke Padang bai. Dapet nasehat dari ibu-ibu yang punya warung makan, kalo mau nanya-nanya bis mending tas dan segala perlengkapannya disimpen atau ditaroh dulu aja. Karna kalo udah sambil bawa barang, bisa jadi sasaran para calo-calo tak bertanggungjawab. Akhirnya setelah 30 menit mencari, dapetlah tebengan jurusan Jakarta - Bima, bis ke dari Terminal Ubung - Mataram seharga 100rb/org. Lumayan bisnya enak, AC, tetapi agak awkaward moment, karna kami berdua serasa orang asing di dalam bis tersebut -,-
Jika dikalkulasikan sepertinya kami cukup beruntung mendapatkan tumpangan dengan harga segitu hingga kota Mataram.
Start perjalanan dari Terminal Ubung - Mataram pukul 13.29 WITA ditambah kurang lebih 4,5 jam penyebrangan dengan ferry ke Pelabuhan Lembar Lombok. Akhirnya sampai pelabuhan Lembar Lombok pukul 20.00 WITA. Kemudian dari Pelabuhan Lembar Lombok kembali melanjutkan perjalanan dengan bis menuju terminal Bertais kurang lebih 1 jam. Di Terminal Bertais, kami dijemput oleh salah seorang anggota UKESMA, Mas Adi *hulahop* setelah itu kami dijamu, menentukan tujuan untuk beberapa hari ke depan, lalu istirahat. Perjalanan dari Jogja-Mataram ditempuh kurang lebih 35 jam perjalanan -______________________-

Day 1 : Snorkling di Pantai Pink, Pulau Semangkuk, Gili Indah, Pantai Pink 2, Tanjung Ringgit.
Day 2 : Pantai Kuta - Tanjung Aan - Pantai Batu Payung - Pantai Novotel - Kuliner Ayam Taliwang - cari penginapan
Day 3 : Cari oleh-oleh ; Sengigi ; Gili Trawangan.
Day 4 : Pulang

Day 1 : Hari pertama langung menuju Pantai Pink, dapet saran dari Komunitas Lombok Backpacker karna Pantai Pink masih jarang terjamah oleh para wisatawan, masih murni dan asri. Waktu tempuh dari Mataram ke Pantai Pink kurang lebih 3 jam perjalanan menggunakan motor. Jalanan di Kota Mataram begitu lengang dan sama sekali tidak ada macet-macetnya. Tidak begitu terlalu banyak traffic light. Pantai Pink Terletak di Tenggara Pulau Lombok, Sekitar 2km sebelum menuju pantai Pink akses jalannya tidak begitu bagus, jalanan belum beraspal dan masih asli dari tanah. Lebih baik menggunakan motor apabilam berkunjung ke tempat ini, daripada memakai mobil dan harus mendorong mobil karena resiko ban selip sangat besar, hehe
Pukul 07.00 WITA berangkat dari rumah , jam 10.00 WITA kita sampai di Pantai Pink. Absolutely beautiful beach. Pasirnya bener-bener pink. Hanya ada satu grup wisatawan dari Jepang yang sedang berkunjung waktu itu selain kami. Setelah sampai disana, beberapa menit kemudian dihampiri oleh penduduk setempat dan menawari snorkling keliling 3 tempat yaitu Pantai Pink 1, Pulau semangkuk, Gili Indah dan Pantai Pink 2. Setelah tawar menawar harga, akhirnya deal 250k seharian udah sama boat dan 3 alat snorkle. Keindahan bawah laut di 3 perairan itu. I cant describe it. Keren banget, keren ! Dari permukaan air, terumbu-terumbu karangnya udah keliatan banget. Terumbu karang udah berkumpul semacam hutan dalam bawah air, dan hanya berjarak 2 meter dari permukaan air sudah dapat melihat koloni rumah ikan nemo. Diajak keliling 3 tempat sama bapaknya yang punya boat, bapaknya baik sayangnya saya lupa namanya :|
pas di tempat ketiga yaitu Gili Indah, cincinnya Mas EZ jatuh tenggelam dan tak ditemukan udah dibantu bapaknya nyari tapi tetep gak ketemu, mungkin pertanda siapa tau bakal kesana lagi :D
Selain cincin yang tenggelam, tangan kanan saya juga ketumpahan air mendidih pas bikin kopi di atas boat :|

But, well semuanya terbayar sama pemandangan di Pantai Pink 2. Awesome.
Pukul 16.00 kami memutuskan untuk menyudahi jalan-jalan, kemudian mandi dan sholat. Karena merupakan kawasan wisata yang baru dibuka dan belum terlalu terkenal. Fasilitas disana pun sangat minim. Jangan kaget jika kesana, tempat ganti bajunya hanya berupa bilik dari kayu seadanya yang hanya ditutupi gorden. Begitu pula dengan toiletnya, dibangun dari bilik bambu, beratapkan langit, airnya pun harus ditimba terlebih dahulu, saluran air seadanya dan kadang tergenang disekitar bilik. Semoga pemerintah daerah bisa cepat peka akan adanya potensi alam yang besar di daerah tersebut dengan membangun fasilitas dan menjadikan sebagai tempat pariwisata yang layak.
Pukul 17.00 kami berpamitan dengan penduduk sekitar, mengunjungi Tanjung Ringgit untuk hunting sunset. Tanjung Ringgit merupakan ujung pulau Lombok. Dari sana kita bisa melihat luasnya samudra dan jejak jejak sejarah bekas perjuangan pejuang kemerdekaan dahulu kala. 
Tanjung Ringgit is the most romantic place ever ever <3

Day 2 : Hari kedua, dikejutkan dengan berita meletusnya Gunung Kelud. Semangat jalan-jalan jadi hampir hilang. Handphone berdering terus menerus. Masing-masing sibuk dengan urusannya. Yang satu koordinasi pembentukan posko bantuan di Jogja, yang satu sibuk koordinasi dengan daerah meletusnya Gunung Kelud. Rencana jalan-jalan jam 08.00 pun jadi tertunda hingga pukul 10.00. Dengan pikiran yang masih kemana-mana akhirnya tetap memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke pantai Kuta, Tanjung Aan, Batu payung dan sekitarnya. Di tengah perjalanan, hujan melanda, rantai motor lepas seperti senasib dengan perasaan dan pemikiran. Sesampainya di tempat tujuan Pantai Kute, Tanjung Aan, Batu Payung, Pantai Novotel dll masih juga disambut dengan hujan yang cukup deras. Pantai pantai ini terletak berjajar dan masih berada di satu kawasan. Pantai Kute merupakan pantai yang paling ramai dan dipenuhi dengan wisatawan asing, tapi tidak seramai jika dibandingkan dengan pantai Kuta, Bali.
Setelah mengunjungi pantai-pantai tersebut menjelang maghrib memutuskan untuk kembali ke Mataram, singgah di monumen Masjid sekedar untuk berfoto, singgah lagi untuk menyantap kuliner Ayam Bakar Taliwang yang ternyata harganya lumayan merogoh kocek, walaupun hanya makan di pinggiran jalan. Ayam Bakar Taliwang merupakan kuliner khas lombok, ayam kampung berukuran sedang dengan bumbu kacang khas lombok. Satu porsi ayam bakar taliwang + nasi yang waktu itu saya coba adalah 34ribu/porsi. Harga yang lumayan bikin dompet langsung masuk angin.
Setelah mencicipi kuliner ayam taliwang, kami memutuskan untuk mencari penginapan di Mataram karna Mas Adi akan lebih dulu pulang ke Jogja. Harga penginapan di Mataram cukup murah. Mulai dari 30rb/malam hingga 200rb/malam. dan itu terletak di pusat kota Mataram. Adalah Hotel Internasional yang memiliki harga kamar 30rb/malam dengan fasilitas kamar mandi luar. Tapi saya tidak menyarankan disini karna kebersihan dan fasilitasnya kurang terawat. Di hotel Internasional juga manyediakan rental motor dengan harga 50rb/hari.
setelah mencari beberapa lama akhirnya kami memutuskan untuk bermalam di Hotel Merpati, dengan fasilitas 2 single bed, kipas angin, air minum gratis dan kamar mandi luar. Kebersihan dan fasilitas terawat. Harga 50rb/malam. Terletak di Jalan Sultan Hasanuddin(agak lupa nama jalannya) tidak terlalu jauh dari Gramedia.

Day 3 : Gili Trawangan. Kata orang belum ke Lombok kalo belum mengunjungi Gili Trawangan. Tapi setelah mengunjungi Gili Trawangan, agaknya persepsi orang salah. Gili Trawangan seperti luar negeri bagi saya. Telalu banyak atau malah isinya hanya wisatawan asing. Harga barang dan makanan juga tidak terjangkau bagi saya yang seorang backpacker pas-pasan hahahah. Tetapi, penginapan di Gili Trawangan ternyata tidak sesuai ekpektasi saya. Penginapan disana cukup murah, bahkan warga tidak membedakan harga penginapan antara wisatawan domestik dan luar negeri. Saya mendapatkan harga penginapan 80rb/malam dengan fasilitas yang memadai. Kamar luas, kasur springbed, ada wastafel, lemari, kamar mandi dalam, shower, kipas angin. Penginapan bersih, dekat dengan penginapan La Nina Backpacker (karena lagi-lagi saya lupa nama penginapannya)
Gili trawangan memiliki view yang bagus, sangat bagus. Tapi saya lebih senang dengan pemandangan di pantai Pink yang entah kenapa seperti membawa ketenangan dan keindahan tersendiri. Gili Trawangan terlalu ramai menurut saya. Disana kami tidak mendapat sunset maupun sunrise karena cuaca tidak mendukung.
Gili trawangan merupakan pulau kecil, kendaraan bermotor tidak diperkenankan berkeliaran disana. Transportasi utama di Gili Trawangan adalah sepeda ontel. Udaranya sangat segar dan bersih. It's nice to know you, Gili Trawangan.
Penyebrangan ke Gili Trawangan mulai pukul 08.00 - 17.00 WITA jadi penyebrangan terakhir adalah pukul 17.00 setelah harus menunggu esok harinya.

Day 4 : Karna waktu terbatas, esok harinya kami memutuskan untuk pulang ke Mataram. Pukul 10.00 menyebrang dari Gili menuju pelabuhan. Pulang dengan jalur berbeda, melewati hutan yang isinya banyak banget monyet-monyet disepanjang jalan. Entah apa nama hutannya. Pukul 13.00 mulai perjalanan pulang dari mataram, setelah berjalan sekian jauh dan sekian lama, akhirnya menemukan angkot menuju pelabuhan Lembar Lombok dengan tarif 10rb/org. Sesampainya di Pelabuhan Lembar Lombok, kami langsung dihampiri calo. Langsung ditodong dengan penawaran transportasi ke Pelabuhan Ketapang dengan tarif 200ribu. Setelah tawar-menawar akhirnya tarif turun menjadi 150 untuk 2 orang. Tranportasi yang kami tumpangi adalah truk Poso. Lumayan bisa jadi pengalaman, tapi truk Poso bukan transportasi yang saya sarankan untuk penumpang yang extra capek pake banget -__-
karena entah kenapa truk ini sperti gak punya shock breaker atau apapun itulah namanya, jadinya ya gitu -___- serasa mentok mentok gak jelas. Bermaksud menemani masnya yang nyetir truk dengan membuat obrolan ringan, tapi mata dan kesadaran saya gak kuat untuk tetap terjaga, akhirnya tertidur disaat masnya bercerita tentang kehidupannya. Sungguh, penumpang tak tahu diri --a
Tiba di Pelabuhan Ketapang pukul 24.00 WIB, langsung menuju stasiun Banyuwangi Baru dan memutuskan untuk tidur di emperan stasiun. Banyak juga calon penumpang yang juga beramalam di emperan stasiun. Dan tak diduga, ketemu sama anak UGM yang juga akan pulang ke Jogja setelah sebulan kuliah lapangan di Bali. 
Setelah bermalam di emperan stasiun, kereta tiba pukul 06.30 WIB esok harinya
13 jam perjalanan dari Banyuwangi menuju Yogyakarta, partner yang semula tujuannya juga ke Yogyakarta beralih menuju ke Kediri demi misi kemanusiaan. Di tengah perjalanan, daripada bengong gak ada kerjaan, kami manfaatkan untuk menggalang dana bagi korban Letusan Gunung Kelud dari gerbong 1-6 dan alhamdulillah terkumpul lumayan banyak dan langsung disalurkan di posko bantuan di Kediri.
pukul 16.00 partner turun di stasiun Jombang dan saya ditinggalkan sendiri (lagi) hiks :(
pukul 20.30 WIB saya tiba di Jogja dijemput teman dan disambut oleh debu letusan Gunung Kelud yang ternyata tebalnya diluar dugaan, lebih tebal dari abu letusan Merapi 2010.

The holiday was over. 11 - 17 februari 2014.
Terimakasih jalan-jalannya :)
besok besok saya ditemani lagi, ya. Diajak kalo mau kemana-mana juga.


Here we go, pictures.


Pantai Pink 2

dari foto aja bisa keliatan kan, terumbu karangnya? :3

Pantai Pink 2



Mas Adi dan kegalauan

Ini dia Boat bapaknya :D

Tanjung Ringgit.
well, that tree is the most romantic place  that i ever seen.


Tanjung Aan, Batu Payung. Cuaca lagi gak bagus waktu itu.


Pantai Novotel

Gak tau nama pantainya apa

Gak tau nama pantainya apa --a

Pantai Kute, Lombok

Sengigi, Lombok

Gili Trawangan

Gili Trawangan



Bye Lombok, Bye

Sunset di atas Kapal
Bunch of thankyou, bos.
Kapan kita kemana lagi? :D



0 komentar:

this is me !

Foto saya
an unexpected girl. already 23th. a happy wife, unpredict,lovely,care. Already found her travelmate. blog is one of my way to scream out my mind just about everything inside this brain, part of my life, my 2nd diary :')

#NowPlaying

Rekam Jejak

#tags

LIFE (56) quotes (36) about _______ (31) moments :) (27) wisataaaa (13) random (12) poetry (9)

Followers

Instagram