Kamis, 27 Februari 2014

"... Mencintai itu, kadang mengumpulkan segala tabiat menyebalkan dari seseorang yang engkau cintai, memakinya, merasa tak sanggup lagi menjadi yang terbaik untuk dirinya, dan berfikir tak ada lagi jalan kembali, tapi tetap saja eangkau tak sanggup benar-benar meninggalkannya."         

Tasaro Gk, Muhammad - Lelaki Penggengam Hujan


Apa yang ada di dalam benakmu ketika aku menyebutkan kata "Rekam Medis". Hal-hal yang berkaitan dengan sinar- X? atau Rontgen untuk melihat keadaan di dalam tubuh? atau hal lain yang berhubungan dengan itu?
Tidak, sama sekali tidak. Rekam medis bukanlah hal yang menyangkut seperti itu, sayang. 

Aku seorang perekam medis. Pekerjaanku berhubungan dengan berkas-berkas riwayat pasien yang penuh debu dan mungkin dipandang sebelah mata jika dibandingkan dengan profesi lainnya yang bekerja di rumah sakit. Setiap hari aku akan bergelut dengan berkas-berkas pasien, mengecek kebenarannya, mengkode diagnosa yang telah ditegakkan oleh dokter sebelumnya. Aku juga lah yang akan selalu mendaftar pasien setiap harinya, bertanya sakit apa dan memberi pandangan mereka untuk menuju poli apa.

Sayang, bukan hal mudah menjadi seorang perekam medis yang sama sekali tidak pernah dikenal pasien dan kerap menjadi bahan sindiran petinggi "manajemen institusi" karna sering menganggap remeh profesi kami. Tapi kami merupakan ujung tombak manajemen institusi, kami jugalah yang akan pertama kali tau apakah intitusi itu berkembang ataukah akan bankrut. Karna selain bergelut dengan berkas, istrimu ini juga yang akan menentukan tentang biaya kesakitan pasien melalui kode-kode diangnosa.

Calon suamiku, menjadi seorang perekam medis juga bukan selalu menjadi hal yang menyenangkan. Ada beribu-ribu berkas yang akan diolah menjadi data-data laporan. Akan ada berjuta-juta diagnosa penyakit yang harus dikode oleh istrimu ini. Terlebih lagi apabila kelak aku akan bekerja di rumah sakit besar. Dan mungkin disitu aku akan akan jenuh dan, sayang semoga kau akan selalu ada untuk menjadi sandaranku.

Sayang, profesiku ini bukanlah profesi dengan gaji yang tinggi. Jangan heran dan kaget jika aku menyebutkan rata-rata nominalnya. Dengan beban kerja yang tinggi mungkin kau tidak akan percaya jika dibandingkan dengan apa yang aku dapat. Tapi aku akan selalu bersyukur dan akan selalu mencintaiku profesiku, karna kau yang akan selalu mengingatkanku untuk bersyukur dan mencintai apa yang aku kerjakan, bukan?

Sayang, walaupun nanti aku akan banyak berada di rumah sakit. Tapi percayalah aku akan selalu ada untukmu. Aku akan selalu bangun lebih pagi untuk menyiapkan sarapan untuk keluarga, kopi untukmu dan susu untuk anak-anak kelak. Aku juga akan selalu siap untuk menjadi sahabatmu, teman curhat tentang apapun masalah yang sedang kau hadapi. Aku juga akan selalu mencoba menghiburmu ketika kau merasa jenuh, walaupun aku bukanlah orang yang bisa menghibur dengan baik seperti dirimu. Aku juga akan selalu mencium tanganmu sebelum kau berangkat kerja dan mendoakanmu agar selalu kembali pulang dengan selamat.

Tapi jangan khawatir, jika nanti aku benar menjadi istrimu. Aku rela untuk menjadi perekam medis dalam keluarga kita saja. Menganalisis riwayat penyakit keluarga sambil mengawasi tumbuh kembang anak-anak, mengingatkan untuk selalu menerapkan pola hidup sehat. Kau tau kan sayang, kesehatan itu sungguh mahal harganya?

Tapi sayang, satu hal yang aku minta. Aku tidak mau kau tuntut untuk menjadi perempuan kebanyakan, yang dituntut suaminya untuk selalu mengurus dan mendidik anak, seolah-olah itu hanya menjadi kewajibanku semata. Kita bisa melakukannya bersama. Alur berfikirmu, sifatmu dan pola kehidupanmu akan berdampak sangat besar untuk anak-anak. Kita yang akan menuntun anak-anak untuk menjadi karakter mereka sendiri, yang baik tentunya.

Sayang, jika aku yang menjadi istrimu kelak. Kau boleh saja meminta tolong aku untuk membuatkan ini itu. Karna itu hakmu dan kewajibanku. Sebuah ketaatan bagiku untuk memenuhi segala permintaanmu. Tapi sayang, aku mohon sabarlah menghadapiku ketika aku dihadapi dengan kejenuhan akan pekerjaan apapun itu. Hiburlah aku, berikan pelukan ketenangan agar hatiku menjadi damai. Kesemuanya itu akan aku balas dengan kasih sayang yang lebih, percayalah.

Aku harus menjadi orang pertama yang tau segala hal tentangmu dan anak-anak. Dan tenanglah, aku tidak akan meminta hal tentang kemapanan hidup atau apapun yang terkait tentangnya. Mari kita berproses bersama, menciptakan kehidupan sederhana yang bahagia.



Wenny Irmawati Nurjanah
Rekam Medis  - Universitas Gadjah Mada




11 komentar:

BadaiwaramaPormikiSulsel mengatakan...

Manatap Mba..... Salam PMIK Makassar

lirisnareswari mengatakan...

Omaigaaat sosweeettt

anggiePoetri mengatakan...

Waaah sweetnyaa bener banget nih.Salam PMIK dari Palembang :)

Alifia Widyawati mengatakan...

Masyaallah, indah dibaca :")

Alifia Widyawati mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Alifia Widyawati mengatakan...

Hallo ka, salam dari Rekam Medis STIKes Mitra Husada Karanganyar :)

Alifia Widyawati mengatakan...

Hallo ka, salam dari Rekam Medis STIKes Mitra Husada Karanganyar :)

Unknown mengatakan...

Salam ♡

Unknown mengatakan...

Salam kenal mba wenny & semuanya. Mewakili PMIK Bandung

Rosalina miyardi mengatakan...

Kakak mahasiswa rekam medis ugm ya, boleh minta kontaknyakontaknya?

Anonim mengatakan...

Mantap mba....... Salam rekam medis Udinus.

this is me !

Foto saya
an unexpected girl. already 23th. a happy wife, unpredict,lovely,care. Already found her travelmate. blog is one of my way to scream out my mind just about everything inside this brain, part of my life, my 2nd diary :')

#NowPlaying

Rekam Jejak

#tags

LIFE (56) quotes (36) about _______ (31) moments :) (27) wisataaaa (13) random (12) poetry (9)

Followers

Instagram