Minggu, 30 November 2014

Menyadari bahwa semua yang terjadi dalam semua elemen kehidupanku, baik yang telah lalu maupun yang akan datang akan selalu bertautan. Antara pertemuan dan perpisahan. Akan datang yang baru setelah yang lama pergi. Selalu ada alasan mengapa terjadi A kemudian terjadi B. Hidup tidak sesederhana yang kita kira, bukan hanya sekedar kebetulan, tidak. Semua sudah digariskan olehNya.

Aku kembali pada fase kehidupan dimana "melepaskan" itu selalu sulit. Sudah berada di zona aman dan nyaman tetiba harus kembali menghadapi zona yang belum pernah dibayangkan sebelumnya, berat rasanya. Pilihan menjalani sambil menerka apa yang terjadi selanjutnya yang sering aku ambil, untuk melangkah dalam masa depan. Sejauh ini aku masih dalam mengikuti alur kehidupan yang aku biarkan saja arahnya kemana. Ternyata, memiliki target hidup itu sangat penting, walaupun tidak ada yang tahu pasti kita akan hidup sampai kapan. Perencanaan itu hal yang krusial dalam manajemen kehidupan.

3,5 tahun yang lalu aku datang ke Yogyakarta, merantau. Menimba ilmu dengan harapan agar menjadi manusia yang lebih baik dan berguna. Bertemu dengan banyak orang baru , seakan mereka menggantikan peran orang-orang lama yang mulai menghilang. 3,5 tahun juga waktu yang cukup untuk membuatku merasa nyaman dan tidak ingin meninggalkan. Tapi, semesta berbicara lain. Pada akhirnya aku memang harus kembali, kembali untuk meneruskan perjuangan masa depan. Kembali dan meninggalkan zona nyaman yang sudah terbentuk. Sedih? bisa sangat terlihat dari wajahku. Tapi bukankah kesuksesan tidak akan pernah tercapai jika terlena dengan kenyamanan? Bukankah kesuksesan tidak akan tergapai jika tidak menghadapi tantangan? Let's get up !
Ada beberapa hal yang memang harus dikorbankan (lagi). Ada beberapa hal yang memang harus diperjuangkan lebih dan lebih. Ada banyak jalan yang bisa diambil, dan keputusan terbaik ada pada pilihan kita sendiri. Sekarang, jangan hanya sekedar menjalani. Target sudah harus ada pada diri sendiri.

the hardest thing is about to leaving
karena di setiap melepaskan selalu ada yang baru
untuk membuat kita bisa mengikhlaskan.


-ditulis dengan perasaan masih gak rela harus meninggalkan Yogyakarta-
kota yang begitu banyak memberi kenangan
kota yang begitu banyak memberi kejutan
kota yang mungkin juga penghubung menemukan pasangan
kota yang sudah membuatku sangat begitu nyaman
Yogyakarta.






Kamis, 02 Oktober 2014

It's all about Dieng !
akhirnya posting juga setelah tertunda-tunda :|
Sudah 3 kali berkunjung ke Dataran Tinggi Dieng yang terletak di perbatasan Wonosobo-Banjarnegara rasanya juga tak pernah bosan. Dalam waktu yang berbeda dengan tempat berkujung yang berbeda pula. 

Kunjungan pertama adalah kunjungan yang benar-benar pertama, belum tau arah dimana Dieng berada dan pada akhirnya hanya benar-benar mengandalkan GPS karena pada waktu itu berangkat lepas maghrib dari Jogja. Karena hanya mengandalkan GPS dan percaya pada Allah SWT bahwa kita pasti akan tiba di tempat yang dituju. Motor butut saya pun terus melaju. Melewati jalan yang kawasan Perkebunan Teh Tambi, jalanan yang tidak begitu bagus, banyak cacat disana-sini. Kendaraan yang paling saya sayangi itu tetap bertahan. Selain banyak lubang dan sangat menanjak, di kawasan ini sama sekali tidak ada satu-pun kendaraan yang melintas ditambah lagi dalam kegelapan yang pekat dan terkadang tercium bau-bau tak sedap. Serius, ini bukan karangan, tapi entah kenapa tetiba saya mencium sesuatu yang aneh, atau mungkin itu hanya halusinasi soalnya udah ketakutan banget. Setelah melewati Perkebunan Teh Tambi tersebut, kami beristirahat di salah satu minimarket yang kebetulan masih buka. Disana saya diberi informasi bahwa kawasan tersebut terkenal rawan pencurian dan angker -_-
Alhamdulillah bisa sampai tempat yang dituju dengan selamat. Sesampainya disana kami langsung menuju kawasan Bukit Si Kunir, Tetapi menurut informasi bapak warung, sunrise kala itu sering tertutup kabut, dan kami pun datangnya keawalan, akhirnya mengurungkan niat ke Bukit Si Kunir dan beristirahat karena masih syok dengan perjalanan tadi, hahaha
Esoknya berkunjung ke kawasan wisata Telaga Warna, Kawah Sikidang dan Candi Arjuna.
Kompleks Candi Arjuna biasa digunakan sebagai tempat pemotongan rambut Anak Gimbal pada saat Dieng Culture Festival. Festival yang diadakan setiap tahunnya diantara bulan Agustus-September. Tapi saya sendiri belum pernah join dalam festival tersebut, huhuhuhu

Kunjungan kedua, berdasarkan pengalaman sebelumnya. Kami tidak lagi melewati jalan yang sama, tapi tetep aja nyasar, hahaha. Kali ini menemani sepasang suami-istri yang ceritanya lagi bulan madu. Anggep aja sebagai travelguide nya. Dan akhirnya pada kali ini kami ke Bukit Si kunir, walaupun sunrise tidak begitu terlihat, tapi tetep memesona :D
Selain itu mampir juga ke Batu Pandang yang terletak di sebelah Dieng Plateau theater, jalan setapak, dari sana kita bisa melihat pemandangan Telaga Warna dan Telaga Pengilon dari atas. Fabulous !

Kunjungan ketiga adalah naik Gunung Prau. Gunung ini berada 2565 mdpl, tidak begitu tinggi. Hanya butuh 2-2,5 jam untuk mencapai puncaknya. Walaupun tidak begitu tinggi, jangan salah, pemandangannya luar biasa, dari puncaknya bisa terlihat Gunung Merbabu, Merapi, Sindoro dan Sumbing. Menurut saya gunung prau sangat diminati para wisatawan, selain  tidak begitu tinggi, akses jalur pendakiannya pun tidak begitu terjal dan sudah dikelola oleh masyarakat setempat, untuk menuju pos 1 dari basecamp kita bisa naik ojek yang ditawarkan oleh penduduk setempat dengan harga 10ribu rupiah.
Pengelolannya pun cukup mengesankan, karena setiap pendaki yang pulang selalu dicek apakah mereka membawa pulang sampah atau tidak, jika tidak maka mereka akan disuruh kembali dan mengambil sampahnya, tapi tetap saja ada pendaki yang belum sadar dan meninggalkan sampah-sampah mereka di sembarang tempat.
Mendaki bukan hanya bertujuan menikmati indahnya alam, tetapi mendakilah yang bertujuan untuk melestarikan alam.

di dalam kawasan telaga warna, Prasasti Batu Tulis.

Goa Sumur, banyak loh yang semedi disini.

Telaga warna.
Dulu warnanya bisa berubah-ubah hijau biru kuning bahkan pelangi,
karena kandungan sulfur yang tinggi, Tapi sekarang hanya warna hijau dan biru muda aja yang bisa terlihat.


Kawasan kawah Sikidang



Candi Arjuna


Gerbang masuk Dataran Tinggi Dieng.
itu carrier gede bukan asli punya saya, cuma dipake buat foto doang, buat mejeng -,-



The mystical of Si Kunir Sunrise

ini dia, pasangan yang bulan madu (Ka Inne dan Ka Vandi)

travelmate :D



Nah ini view dari Batu Pandang. Yang warnanya ijo itu Telaga Warna,
 kalo yang coklat Telaga Pengilon

Mt. Prau, Sunrise






Selfie amd Sunrise.

dari sini bisa terlihat gunung merbabu, merapi, sindoro dan sumbing.

Bestie <3

Diambil ketika perjalanan turun dari Gunung Prau, dari sini bisa terlihat
view dataran Tinggi Dieng, sebelah kanan itu Telaga Warna.

Taken at 2565mdpl.
Kapan kita muncak lagi, gaes?
(Erlangga, Okta, Kadek, saya, Mimin, Rusdi)

                                                                                                                         
Rabu, 01 Oktober 2014


Welcome, October !
Akhirnya nulis lagi setelah satu dua, yap 3 bulan vakum. Gara-garanya males, inet di kosan jadi gak bisa diajak koordinasi mau cari wifi gratis waktu sepertinya belum memberikan kesempatan. Keliatannya selo, tapi ternyata banyak yang harus dilakukan. 
Mengapa Travel Graduation? karena jalan-jalan setelah wisuda *nyengir*
20 Agustus 2014 lalu alhamdulillah saya telah resmi melepas status mahasiswa, rasanya masih gak percaya semua ini terjadi begitu cepat. Masih gak percaya saya pernah menyandang gelar status mahasiswa UGM jurusan Rekam Medis :|

Upacara wisuda terkesan biasa saja, gak begitu sakral menurut saya. Beneran biasa aja, ditambah lagi tanpa kehadiran orangtua, but it doesnt matter, bukan masalah yang besar sih, karena memang lebih baik seperti itu karena ajang wisuda menurut saja hanya seperti perpindahan tempat foto-foto :|
But, after all. Sangat bersyukur karena telah diberi kelancaran studi dari Allah SWT :)

Setelah prosesi wisuda selesai, mumpung travelmate saya sedang berkunjung, it's time to travel !
Sudah berencana untuk mendaki Gunung Merbabu.

G. Merbabu (22-23 Agustus 2014)
Start dari Jogja dini hari, yang sebelumnya ketemuan dulu sama Kak Ade (Anggota Backpacker Indonesia Regional Jakarta) di tengah perjalanan ban motor tetiba bocor, Celingak-celinguk nyari tambal ban yang masih buka, akhirnya ketemu juga walaupun dengan gak teganya bangunin mas-mas yang masih tidur. Perjalanan kembali dilanjutkan, dari 3 orang yang pergi tidak ada satupun yang tau letak pasti basecamp Merbabu ada dimana, dan waktupun terbuang hanya mencari-cari basecamp yang tak tau letaknya dimana. Smartphone tak lagi jadi smart ketika signal tidak didapat. Setelah muter-muter entah berapa lama, akhirnya sampailah kami bertiga di Basecamp Merbabu jalur Selo. Setelah sholat subuh, udara yang dingin tak menyurutkan niat kamu untuk istirahat tidur 'sebentar' yang ternyata tidur dari jam enam pagi sampe jam sebelas siang -______-
Setelah sholat zuhur, kami pun bersiap mendaki. Perjalanan dimulai dari jam 12 siang, dan ini pendakian gunung kedua saya setelah gunung lawu yang sudah 1 tahun berlalu. Kakinya langsung kaget diajak jalan jauh. Hahhaha
pukul 17.30 kami sampai di Pos Sabana 1. Merbabu sendiri punya 5 pos dan 2 Puncak. Setelah mendirikan tenda, masak-masak dan kemudian tidur.
puku 04.00 bangun lagi dan bersiap menuju puncak. Banyak banget yang mulai start ke puncak jam segitu, semuanya pada mau ngejar sunrise sih tapi kita sendiri gak dapet sunrise di puncak. But, that was still really awesome. Pukul 06.30 akhirnya sampe puncak Kentheng Songo. 
Selalu bersyukur masih diberikan nikmat sehat atas segalanya sehingga saya masih bisa merasakan keindahan dari yang Maha Kuasa, yang dengan Kuasanya menciptakan yang bahkan keindahannya melebihi nalar manusia. Setiap perjalanan selalu memberikan pelajaran tersendiri. Dari pendakian ini saya belajar bahwa manusia itu makhluk sosial yang memang sampai kapanpun pasti akan bergantung dengan manusia lainnya, saling membantu satu sama lain. Dan belajar bahwa syukur itu sebuah kebutuhan, kebutuhan untuk menenangkan diri sendiri, bahwa kita akan selalu dicukupkan oleh Sang Pencipta ketika terus bersyukur, dalam keadaan seperti apapun. Dan belajar bahwa mata adalah kamera terbaik untuk menangkap dan mengabadikan keindahan apapun yang dipandangnya serta lobus temporalis adalah media penyimpan yang tidak akan pernah habis kapasitasnya.
travelmate <3

banyak yang juga mendaki, kala itu.
 Pos 2

sebentar lagi sabana 1

you will see, the mystic of  Merapi

ciaobellaa hahahaha

Post Graduate Photo session

Sabana 1

Senja akan selalu indah dilihat darimana saja, dari sudut pandang apa saja

Sunrise, seperti perbatasan horizon langit dan bumi. AWESOME

Menikmati sunrise di pertengahan jalan menuju puncak


Nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan?


Thankyou !



Selesai mendaki Merbabu, masih ada beberapa hari sebelum travelmate pulang ke Ibukota. Pacitan ! Destinasi berikutnya adalah Kota 1001 Goa ini yang hanya memiliki waktu tempuh 3 jam dari Yogyakarta. Start perjalanan dari Yogyakarta lepas ashar sekitar jam 4, memasuki wilayah pacitan hari sudah mulai gelap. Ternyata akses jalan sudah bagus tetapi masih sepi kendaraan. Lepas maghrib, jarang sekali ada kendaraan yang melintas menuju arah Pacitan, terutama dari arah Yogyakarta. Sempat bertanya arah pada salah satu counter pulsa, malah diberi informasi yang tidak diinginkan, bahwa kami disarankan untuk bermalam di daerah Pracimantoro karena Pantai Klayar (salah satu destinasi yang akan dikunjungi) baru saja memakan korban. Ada 2 orang anak yang hanyut ketika sedang bermain dan belum ditemukan, selain itu jalanan sangat sepi dan gelap. Rawan sekali bagi orang awan yang belum pernah kesana apalagi memakai motor (motor saya udah butut pula, tapi jangan ditanya kekuatannya hehehehe) Jadi bagi yang yang mau ke Pacitan, saya sarankan untuk start dari pagi saja, karena kalau malam selain gelap jalannya juga sepi bingits.
Pacitan terkenal akan wisata Goa dan pantainya. Karena waktu sangat singkat dan malam hari ada yang harus kembali ke Ibukota, kami memutuskan untuk mengunjungi Goa Gong, Pantai Klayar dan Pantai Banyutibo.
Perjalanan menuju Goa Gong dari pusat Kota Pacitan hanya kurang lebih 30 menit, Goa Gong adalah Goa terindah se Asia-Tenggara, baru kali itu saya memasuki goa yang sangat besar. Ternyata isi di dalam Goa gong seperti rumah yang bertingkat-tingkat. Baru kali pertama saya masuk dan langsung takjub akan keindahannya. That was really awesome. Kenapa disebut Goa Gong? karena ada salah satu batu di dalamnya yang jika dipukul, bunyinya seperti Gong. Selain itu masih banyak stalaktit dan stalakmit yang masih aktif di dalamnya. Disepanjang pintu masuk menuju goa Gong terdapat banyak sekali pedagang yang menjual dan menawarkan aneka bentuk dan warna batu akik.


bukan warna batu sebenarnya lo, itu cuma lampu sebagai penerangan aja.



ini aslinya Subhanallah banget. Luar biasa besarnya :O



salah satu batu kristal, bisa berpendar-pendar.


Setelah muter-muter Goa Gong, perjalanan dilanjutkan menuju pantai Klayar dan Banyutibo. Pantai Klayar juga gak jauh dari Goa Gong, berjarak kira-kira 30 menit dari Goa Gong. Di pantai klayar ini terdapat tebing-tebing yang menjadi ciri khasnya, juga terdapat seruling samudra, yaitu seperti air mancur yang terdapat di tengah-tengah tebing tadi. Sayangnya, saat kami berkunjung kesana ombak sedang tinggi sehingga tidak boleh main-main di dekat seruling samudra. Kunjugan terakhir adalah Pantai Banyutibo, diambil dari bahasa jawa 'banyu' yang artinya air dan 'tibo' yang artinya jatuh. Yap, di pantai ini terdapat seperti air terjun kecil yang langsung jatuh ke laut. Menarik, air terjun kecil itu berasal dari aliran air sungai kecil yang mengairi sawah penduduk di sekitar pantai. Very nice beaches to visit !!!

itu yang tanda merah, TKP seruling samudra.
Kalo ombak lagi gak gede, kita bisa turun kebawah sana

view dari atas, abaikan aja yang lagi pake kacamata diatas kepala itu


view dari bawah, berasa lagi di mesir ya? hahaha


ada yang lagi takjub dengan tempias ombak yang bertabrakan dengan tebing.

ini dia, Pantai Banyutibo.
Pas nyampe sini, pas tengah hari banget, matahari lagi seneng-senengnya soalnya.

tebingnya tinggi banget


so blueeeee


Jalan-jalan bagi saya itu, selain buat refreshing.
 Juga merupakan sebuah kebutuhan kalo lagi haus pengetahuan, haus belajar. 
Selain bisa menyenangkan diri sendiri karena bisa bertemu orang-orang baru dan orang-orang baik dalam setiap perjalanan.
Juga bisa mencukupkan diri dalam menjalani hidup.
Lets get lost !



this is me !

Foto saya
an unexpected girl. already 23th. a happy wife, unpredict,lovely,care. Already found her travelmate. blog is one of my way to scream out my mind just about everything inside this brain, part of my life, my 2nd diary :')

#NowPlaying

Rekam Jejak

#tags

LIFE (56) quotes (36) about _______ (31) moments :) (27) wisataaaa (13) random (12) poetry (9)

Followers

Instagram